Faktakalbar.id, PONTIANAK – Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,95% pada 21 Maret 2025, ditutup di level 6.258,18 akibat ketidakpastian global dan domestik, Bank Kalbar justru menjadi benteng perekonomian Kalimantan Barat.
Penurunan IHSG, yang dipicu oleh kebijakan tarif Internasional dan melemahnya kepercayaan investor, mencerminkan tekanan makro yang berdampak pada ekonomi daerah, termasuk potensi pengetatan likuiditas dan pelemahan permintaan kredit.
Namun, Bank Pembangunan Daerah ini tetap mencatat pertumbuhan pangsa pasar yang melampaui bank lain di wilayahnya, menegaskan peran krusialnya dalam menjaga stabilitas ekonomi Kalimantan Barat.
Secara makro, penurunan IHSG dapat memengaruhi ekonomi nasional hingga daerah melalui berkurangnya investasi asing dan domestik, yang sering kali membuat perusahaan lokal kesulitan mendapatkan pendanaan.
Baca Juga: Bank Kalbar Gelar Sharing Knowledge Bersama Kejaksaan Tinggi Kalbar
Di Kalimantan Barat, sektor perdaganganm, pertanian dan perdagangan, penyumbang utama GDRP yang tumbuh 4,98% pada kuartal IV-2024, bisa terdampak jika investor menarik diri atau daya beli menurun.
Dalam konteks ini, Bank Kalbar menunjukkan ketahanan dengan strategi Rencana Bisnis Bank (RBB) yang matang, didukung analisis terhadap faktor permodalan, kualitas aset, dan sensitivitas risiko pasar. “Meskipun tekanan nasional terasa, kami tetap kokoh berkat kepercayaan masyarakat Kalbar,” ujar Direktur Utama Bank Kalbar (19/3).
Keunggulan bank kalbar terlihat dari statusnya sebagai salah satu BPD tersehat di Indonesia, mampu menjaga likuiditas dan menghimpun dana meski pasar saham nasional bergoyang.
Baca Juga: Semarak Ramadan 2025, Bank Kalbar Gelar Buka Puasa Bersama Anak Yatim
Ketahanan ini krusial karena gejolak IHSG bisa meningkatkan risiko kredit macet di daerah, terutama jika pelaku usaha kesulitan membayar pinjaman.
Dengan fokus pada prinsip unending improvement, Bank Kalbar mengantisipasi tantangan eksternal seperti perlambatan ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas, yang diprediksi OECD akan terus membebani perekonomian banyak negara di kawasan asia pasifik. Di tengah badai pasar saham serta gejolak ekonomi Nasional, bank ini menjadi tumpuan untuk menjaga roda ekonomi Kalimantan Barat tetap berputar.
Ikut berita menarik lainnya di Google News Faktakalbar.id