“Sebenarnya pada tahun 2023 kami sudah ke Polda untuk mengajukan laporan, tetapi karna bukti belum cukup jadi tidak bisa dijadikan suatu laporan. Akhirnya, kami kembali lagi karna kontennya sudah sangat menyakiti kami sebagai guru,” ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya menyampaikan bahwa konten yang dibuat Rizky sangat memengaruhi para siswanya saat berada di luar sekolah.
“Siswa kami terkena akibatnya juga. Misalnya ketika mereka mengikuti lomba PMR, mereka disebut sebagai sekolah sarang pembulian. Kemudian, akun jurnalis yang dikelola para siswa juga diserang oleh netizen seolah kami membiatkan adanya kasus pembulian di sekolah,” ujarnya. (mro)