Ketika Air Menenggelamkan Asa

Gambar Ilustrasi - Lst

Antara Bantuan dan Kecepatan
Bantuan datang, katanya, tapi lambat. Seperti kilat yang datang tanpa hujan. Kita selalu pandai berbicara, tapi lamban bertindak. Rumah hanyut, hidup luluh, lalu apa yang diberikan? Beras 5 kilogram? Selimut tipis? Ini bukan sekadar soal materi. Ini tentang keberpihakan. Tentang seberapa serius kita menanggapi duka sesama.

Kerusakan Alam, Amarah Langit
Banjir ini bukan semata soal hujan. Ini soal amarah bumi yang tak lagi mampu menahan luka. Kalimantan Barat, tanah yang katanya jantung dunia, kini penuh dengan sawit menggantikan pohon-pohon besar. Sungai-sungai yang dulu menjadi berkah, kini penuh racun limbah. Hujan yang seharusnya membawa kehidupan, kini menjadi penghancur.

Refleksi Kita
Kita yang tidak terdampak, apa yang telah kita lakukan? Apakah sekadar kasihan lalu lupa, atau masih punya hati untuk membantu? Bukan doa kosong, tetapi aksi nyata. Sebab banjir bukan hanya tentang air, melainkan tentang kemanusiaan.

Ini bukan hanya cerita mereka. Ini cerita kita. Sebab ketika air menenggelamkan asa, kemanusiaan kita sedang diuji.

Penulis: Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar