Peringatan BMKG: Tren Gempa Meningkat, Megathrust Ancam RI

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Foto: Dok/BMKG

JAKARTA –  Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa kejadian gempa di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan. Hal ini semakin menguatkan ancaman potensi gempa besar dari zona megathrust yang dapat memicu tsunami raksasa.

Dalam webinar bertajuk “Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi” yang digelar oleh Teknik Geofisika ITS pada Jumat (17/1/2025), Dwikorita menyebutkan bahwa Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama dunia—Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia—dengan 14 segmen sumber gempa subduksi/megathrust serta 402 segmen sumber gempa sesar aktif yang telah teridentifikasi.

“Berdasarkan data jangka panjang, rata-rata kejadian gempa pada tahun 1990–2008 sekitar 2.254 gempa per tahun. Namun, mulai 2018, jumlahnya melonjak menjadi 12.000 lebih, bahkan mencapai 29.869 gempa pada 2024,” jelas Dwikorita, Selasa (21/1/2025).

Dwikorita menjelaskan bahwa gempa dangkal mendominasi tren peningkatan aktivitas tektonik, dan semakin banyak patahan aktif di darat menjadi sumber gempa. Ia juga mencatat 20 kejadian gempa merusak pada 2024, menambah jumlah total gempa merusak menjadi 119 kali dalam lima tahun terakhir (2018–2023).

“Kami mencatat tren gempa dangkal meningkat, dan dampaknya semakin besar karena banyak yang terjadi di wilayah darat,” katanya.

BMKG juga mengingatkan ancaman megathrust di beberapa wilayah seperti Selatan Banten, Selat Sunda, dan Mentawai-Siberut. Zona-zona ini sudah lama tidak melepaskan energi sejak abad ke-18, sehingga menjadi area seismic gap yang perlu diwaspadai.