Israel telah sepakat untuk mundur dari daerah padat penduduk Gaza selama fase awal gencatan senjata. Pasukan Israel akan tetap berada di zona penyangga selebar 800 meter hingga semua sandera dikembalikan. Proses pemulangan pengungsi akan dilakukan melalui pos pemeriksaan yang diawasi secara elektronik.
Media lokal melaporkan bahwa Hamas menyambut kesepakatan ini sebagai kemenangan moral bagi rakyat Palestina.
“Ini adalah penegasan kegagalan Israel untuk mencapai tujuan agresinya,” kata Sami Abu Zuhri, salah satu pejabat Hamas.
Meskipun gencatan senjata ini bersifat sementara, Qatar dan komunitas internasional berharap kesepakatan ini akan menjadi pijakan menuju perdamaian permanen. Presiden AS Joe Biden menyebutkan bahwa tahap kedua gencatan senjata harus mencakup penghentian total konflik militer.
“Ini bukan hanya tentang menghentikan perang, tetapi juga membuka jalan bagi aspirasi rakyat Palestina,” ujar Kepala Negosiasi Hamas, Khalil al Hayya.
Kesepakatan ini diharapkan dapat mengakhiri penderitaan di Gaza dan membawa harapan baru bagi stabilitas di wilayah tersebut. Namun, implementasi kesepakatan ini masih memerlukan pengawasan ketat untuk memastikan semua pihak mematuhi ketentuannya.