“Langkah ini tidak hanya mundur, tetapi juga berpotensi membahayakan banyak nyawa. Kebijakan diskriminatif ini akan membawa dampak besar bagi komunitas LGBTQ, terutama transgender,” ungkap seorang aktivis LGBTQ seperti dikutip pada laman Routers.
Isu terkait transgender bukanlah hal baru dalam politik Amerika Serikat. Pada masa jabatan pertamanya, Trump pernah melarang transgender untuk bergabung dengan militer, kebijakan yang kemudian dibatalkan oleh Presiden Joe Biden. Namun, dengan kemenangannya di pemilu terbaru, Trump tampaknya berencana untuk menghidupkan kembali kebijakan tersebut.
Keputusan ini dinilai akan memperdalam polarisasi politik di Amerika Serikat, terutama menjelang pelantikannya pada Januari 2025. Pendukung kebijakan tersebut melihat langkah ini sebagai upaya untuk memperkuat norma tradisional, sementara kritik menyebutnya sebagai ancaman terhadap inklusivitas dan kemajuan hak-hak sipil.
Seiring dengan langkah ini, Trump diyakini akan terus menegaskan komitmennya terhadap agenda konservatif yang telah menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus memperkuat basis pendukungnya di kalangan pemilih konservatif.