FAKTA GRUP –Menanggapi surat pemberitahuan dari Jabatan Perkhidmatan Veteriner Sarawak, Malaysia (No. (8)DVS/SMH/600/9/VOL.1) terkait kasus baru African Swine Fever (ASF) di Mongkos, Distrik Tebedu, Sarawak, Malaysia, Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Kalimantan Barat melalui Satpel PLBN Nanga Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, bekerja sama dengan CIQS PLBN Badau, Satgas Pamtas RI-Malaysia, serta Forkompincam Badau, meningkatkan pengawasan lalu lintas barang di wilayah perbatasan. Fokus pengawasan diarahkan pada babi dan produk turunannya untuk mencegah penyebaran virus ASF ke Indonesia.
Ketua Tim Karantina Hewan BKHIT Kalimantan Barat, drh. Muamar Darda, menjelaskan bahwa wilayah Sarawak berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat, termasuk di PLBN Badau. Hal ini meningkatkan risiko masuknya penyakit ASF ke Indonesia.
“Dengan tantangan seperti itu, tindakan preventif merupakan solusi yang lebih efektif dalam upaya menanggulangi virus ASF. Kami menghimbau masyarakat untuk tidak membawa ataupun melakukan kontak dengan hewan babi dan produknya, baik keluar dari Indonesia maupun ke dalam Indonesia, untuk bersama-sama kita mencegah kejadian baru penyakit ASF di wilayah perbatasan,” ujarnya, Jumat, 13 Desember 2024.
Muamar menambahkan bahwa kasus ASF yang dilaporkan di Mongkos, Sarawak, memiliki dampak besar, terutama bagi masyarakat perbatasan. “Penyakit ini akan sangat merugikan masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan ternak warga perbatasan,” jelasnya.