“Sejak awal, tidak ada indikasi kuat menuju cacar monyet. Pemeriksaan kami menunjukkan ini lebih ke arah Moluskum Kontagiosum,” jelas Dina.
Selain itu, penelusuran riwayat kontak pasien tidak menunjukkan adanya paparan terhadap hewan primata, konsumsi daging tertentu, atau perjalanan ke wilayah endemik cacar monyet seperti Amerika Latin.
“Biasanya, cacar monyet muncul pada pasien yang memiliki riwayat kontak langsung dengan hewan pembawa penyakit, seperti tercakar atau terpapar darah. Pasien ini tidak memiliki riwayat tersebut,” tambahnya.
Pasien B dilaporkan datang ke rumah sakit dengan keluhan bintil yang hampir memenuhi seluruh tubuhnya. Meski gejala ini sekilas menyerupai cacar monyet, pemeriksaan lebih lanjut memastikan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh penyakit kulit yang tidak berbahaya. “Secara keilmuan, ini bukan cacar monyet,” tegas Dina.
Pihak rumah sakit berharap hasil laboratorium ini bisa mengurangi kekhawatiran masyarakat dan menegaskan bahwa pasien B tidak mengidap penyakit yang menjadi perhatian global saat ini.(amb)