Ekonomi Indonesia Kuat di Tengah Turbulensi Global

Pendapatan Negara mencapai Rp2.247,5 triliun (80,2% dari target APBN) dengan penerimaan pajak sebesar Rp1.517,5 triliun. Penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh sebesar 4,9% (yoy) mencapai Rp231,7 triliun, didukung oleh peningkatan bea keluar dan nilai impor.

 

Realisasi PNBP mencapai Rp477,5 triliun, mengalami kontraksi sebesar 3,4% (yoy) akibat penurunan harga komoditas, khususnya batubara. Belanja Negara sebesar Rp2.556,7 triliun, tumbuh 14,1% (yoy), dengan fokus pada infrastruktur, bansos, dan pelaksanaan Pemilu. Sementara itu, belanja kesehatan mencapai Rp147,1 triliun (78,4%), ketahanan pangan Rp91,1 triliun (79,7%), dan pendidikan Rp463,1 triliun (69,6%).

 

Transfer ke Daerah (TKD) terealisasi Rp722,2 triliun (84,2% dari pagu), menunjukkan pertumbuhan 8,0% (yoy) yang mencerminkan dukungan kuat pemerintah pusat bagi daerah. Pembiayaan Investasi untuk sektor prioritas telah mencapai Rp69,66 triliun, di antaranya untuk fasilitas perumahan rakyat dan pendidikan. Defisit APBN hingga 31 Oktober tercatat sebesar Rp309,2 triliun (1,37% PDB), dengan keseimbangan primer positif Rp97,1 triliun.

 

Meskipun ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang baik, namun sejumlah tantangan masih perlu diwaspadai. Ketidakpastian global, seperti perkembangan perang dagang dan gejolak politik di berbagai negara, dapat berdampak pada perekonomian Indonesia. Pemerintah terus mengoptimalkan APBN untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian global dan menjaga kesejahteraan masyarakat. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pengelolaan APBN yang terukur, pemerintah siap menghadapi tantangan dari dinamika global, termasuk ketegangan geopolitik dan kondisi perekonomian AS pasca pemilu.(rfn)