Seorang WNI Kisahkan Suasana Horor Saat Dievakuasi dari Lebanon

Salah seorang WNI yang pulang ke Tanah Air dari Lebanon setelah dievakuasi Kementerian Luar Negeri RI, saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (7/10/2024) malam. Foto : RRI

FAKTA GRUP – Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) yang tiba di Tanah Air hasil evakuasi Kementerian Luar Negeri, membeberkan situasi terkini di Lebanon. Situasi di negara itu kian mencekam dan horor, sehingga mereka khawatir anak-anaknya mengalami trauma.

Evita, salah satu WNI yang dievakuasi, dirinya mengaku bersuamikan warga Lebanon dan telah tinggal di negara tersebut selama lima tahun. Ia terpaksa harus meninggalkan suami dan membawa dua anaknya pulang ke Indonesia karena khawatir mereka akan trauma.

“Situasi di Lebanon sudah sangat mencekam, setiap hari terdengar suara dentuman dan ledakan. Saya takut kedua anak saya trauma,  makanya saya mau dievakuasi dan pulang ke Indonesia,” kata Evita kepada wartawan, di Bandara Soetta, Senin (7/10/2024) malam.

Hal senada disampaikan WNI asal Bali, Ni Luh Suarnadi, yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia di Beirut. Ia menceritakan pengalamannya saat dievakuasi dari Lebanon akibat situasi yang kian horor di negara Timur Tengah itu.

Ni Luh memutuskan kembali ke Indonesia dengan bantuan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beirut. Menurut dia, kondisi ibu kota Lebanon itu makin mencekam lantaran kerap menjadi sasaran serangan Israel.

“Pengalaman saya memilih pulang, karena situasi mencekam. Saya lapor sama KBRI di Beirut, minta pulang karena situasi sudah tidak aman,” ucapnya.

Ni Luh juga bercerita, dirinya merasa terancam saat mendengar suara ledakan ketika sedang bekerja. “Tempat tinggal saya di Beirut, kejadian waktu itu terjadi pada 27 Agustus 2024, pas saya kerja dengar suara ledakan. Saya bilang sama bos mau pulang, lalu dikasih pulang, saya minta KBRI untuk bantu urus,” kata Ni Luh.

Meskipun proses evakuasi berlangsung aman, menurut dia, perjalanan panjang dari perbatasan Lebanon ke KBRI Damaskus memakan waktu tiga jam dan terasa melelahkan. “Perjalanannya melelahkan dan cukup panjang. karena tiga jam dari perbatasan ke KBRI Damaskus,” ujarnya.