Dengan hasil capaian yang telah kita kerjakan selama ini, tentunya tidak terlepas dari strategi 4K yang selama ini menjadi faktor utama keberhasilan kita.”Oleh karenanya, strategi dalam menjaga Keterjangkauan harga, Ketersediaan bahan pokok, Kelancaran distribusi, Komunikasi yang efektif antar stakeholder (4K) ini yang harus benar-benar dijaga,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Harisson membeberkan data bahwa berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Provinsi Kalbar periode Bulan Agustus 2024, yakni terjadi Deflasi sebesar 0,25% (mtm) dan secara historis, realisasi Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan rerata historis perkembangan harga barang dan jasa pada bulan Agustus selama tiga tahun terakhir yang tercatat Deflasi 0,10% (mtm).
Deflasi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau (daging ayam ras, bawang merah, tomat, sawi hijau dan udang basah) serta kelompok transportasi (tarif angkutan udara yang berada pada level tinggi sejak liburan Juni-Juli 2024 hingga penyelenggaran sembahyang kubur bulan Agustus).
Deflasi lebih dalam tertahan oleh Inflasi kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran untuk komoditas air kemasan dan kopi bubuk di tengah masih tingginya aktivitas masyarakat pada warung-warung kopi, khususnya di Kota Pontianak.
“Melalui Capacity Building ini, saya ingin menekankan pentingnya menemukenali penyebab Inflasi di masing-masing daerah agar penanganannya dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat,” pintanya.(rfk/*Rifa/Sri adpim)