Kecerdasan Buatan pada Pertahanan Nasional

Dr. Syarif Hidayat., S.Kom saat jadi narasumber (foto: Jerri Irgo Iwan Suwantha)

Dalam kuliah umumnya, Dosen FTI UII Yogyakarta, Dr. Syarif Hidayat., S.Kom menyampaikan tentang Implementasi kecerdasan buatan (AI) dalam pertahanan nasional dapat memberikan sejumlah keuntungan, termasuk meningkatkan kemampuan deteksi, analisis, dan pengambilan keputusan. Namun, perlu diperhatikan bahwa implementasi ini juga memerlukan pertimbangan etika,keamanan, dan regulasi yang cermat.

Dibeberkan pula oleh Dr. Syarif Hidayat., S.Kom beberapa langkah umum yang dapat diambil untuk menerapkan kecerdasan buatan pada pertahanan nasional:

  • Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence atau AI) memiliki potensi besar untuk diterapkan dalam bidang pertahanan nasional. Sejumlah aplikasi AI dapat meningkatkan efektivitas, kecepatan, dan kecerdasan sistem pertahanan.

Bagaimana peran AI pada Hankam (1) Intelijen, Pengawasan, dan Pengintaian; (2) Logistik; (3) Operasi Cyberspace; (4). Operasi Informasi dan “Deep Fakes”; (5). Perintah dan Kontrol; (6). Kendaraan Semiotonom dan Otonom serta (7). Sistem Senjata Otonom Mematikan (LAWS)

Ada pula tentang Peluang AI Militer, seperti :

1.Otonomi: mampu menambah atau menggantikan manusia dalam tugas-tugas yang “membosankan, berbahaya, atau kotor. Contoh: pengumpulan dan analisis intelijen jangka panjang, membersihkan lingkungan yang terkontaminasi senjata kimia, atau menyapu rute alat peledak rakitan.

2.Kecepatan dan Daya Tahan: memperkenalkan cara unik untuk beroperasi dalam pertempuran pada skala waktu yang ekstrem. Contoh: pengumpulan intelijen di wilayah yang luas dalam jangka waktu yang lama, serta kemampuan untuk mendeteksi anomali dan mengkategorikan perilaku secara mandiri

3.Penskalaan: memberikan efek penggandaan kekuatan dengan meningkatkan kemampuan manusia dan menambahkan peningkatan kemampuan pada sistem militer yang lebih murah. Contoh: Segerombolan drone berbiaya rendah.

4.Keunggulan Informasi : menawarkan cara untuk mengatasi peningkatan eksponensial dalam jumlah data yang tersedia untuk dianalisis. Contoh: menganalisis data yang dibuat oleh segerombolan drone.

Dr. Syarif Hidayat., S.Kom juga memaparkan Tantangan AI Militer, seperti

  1. Prediktabilitas : Algoritme AI sering kali memberikan hasil yang tidak dapat diprediksi dan tidak konvensional. Contoh: DeepMind AlphaGo AlphaGo mengalahkan juara dunia pemain Go, Lee Sedol, empat game berbanding satu dengan mengatakan bahwa AlphaGo membuat gerakan yang mengejutkan dan inovatif. Masalahnya adalah jika hal tersebut salah, hal tersebut merupakan kesalahan yang tidak akan pernah dilakukan oleh manusia yang melakukan kesalahan dan berpotensi menimbulkan dampak yang merusak dan berskala besar.
  2. Penjelasan : jenis algoritma AI yang memiliki kinerja tertinggi saat ini tidak mampu menjelaskan prosesnya. Oleh karena itu, tantang kemampuan militer untuk “memverifikasi dan memvalidasi” kinerja sistem AI sebelum digunakan oleh manusia.
  3. Eksploitasi: proliferasi sistem AI akan meningkatkan jumlah “barang yang dapat diretas”. Ilustrasi Film: Eagle Eye (2008) & Avenger: Age of Ultron (2015).

Tampak hadir dalam roadshow, kuliah umum dan mini workshop tersebut, Ketua Program Studi Informatika, Program Magister FTI UII, Ir. Irving Vitra Paputungan., S.T., M.Sc., Ph.D.   Wakil Dekan Fakultas Teknik Ilmu Komputer Universitas Muhammadiyah Pontianak Barry Ceasar Octariadi, S.Kom., M.Cs.   Ketua Program Studi Teknik Mesin, Eko Julianto, S.T., M.T.  Ketua Program Studi Teknik Informatika,Asrul Abdullah, S.Kom., M. Cs. Serta Ketua Program Studi Sistem Informasi, Istikoma, B.Sc.,M.I.T. (rfk/*r)