Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah, bentuk bantuan selanjutnya masih dibahas di Jakarta oleh kementerian terkait. Dia belum bisa memastikan kapan bantuan selanjutnya akan dikirim.
Dia menegaskan Kementerian Luar Negeri terus berkoordinasi dengan KBRI Ankara dan KBRI Damaskus untuk memastikan perlindungan bagi warga negara Indonesia di wilayah bencana.
“Kita menyadari bahwa situasi di wilayah bencana sangat dinamis dan oleh karenanya upaya penginformasian harus selalu dilakukan secara terukur dan berkesinambungan, ujar Faizasyah.
Sementara itu, Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Comiittee (MER-C) Sarbini Abdul Murad menjelaskan pihaknya akan mengirim 6-8 orang untuk membantu korban gempa di Turki, terdiri dari dokter bedah ortopedi, dokter bedah umum, ahli anestesi, perawat bedah, dokter bedah traumatik.
Tim dari MER-C ini akan berangkat ke Turki pada pekan ini. MER-C juga sedang berkoordinasi dengan KBRI Ankara, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, dan AFAD (badan penanggulangan bencana Turki -red).
Kita pasti mencari lokasi yang fungsional kita di situ. Misalnya kita mencari daerah-daerah yang belum terjamah (tim medis). Tim itu nggak bisa disebar, harus satu. Apalagi lagi musim dingin, kita lebih fokus rumah sakit sebagai basis kita,” tutur Sarbini.
Sarbini menambahkan tim pertama yang akan berangkat ke Turki ini akan bertugas selama dua pekan dan nantinya akan dibahas kembali pengiriman tim berikutnya.
Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo mengguncang wilayah tenggara Turki, Senin (6/2), menurut AFAD, dan hingga hari ini telah menewaskan 6.957 orang di Turki. Sedangkan korban meninggal di Suriah sebanyak lebih dari 2.800 orang meninggal.(rfk/voa)
Ikuti berita menarik lainnya di Google News FaktaKalbar.id